The Reog Ponorogo Diaries

Perkembangan reog Ponorogo cukup menggembirakan. Ia menjadi media pembelajaran siswa sekolah dasar hingga menengah atas. Muncul pula “reog santri” di kalangan pesantren yang diwarnai simbol dan nilai-nilai Islami.

tarian jathilan biasa dibawakan 2 orang yang berpasangan. Properti yang digunakan jathil tak terlalu banyak. penari jathil hanya menggunakan kuda dan pakaian khas prajurit.

Properti yang pasti dipakai oleh setiap penari Reog Ponorogo ini berfungsi sebagai ikat pinggang dan tempat untuk sampur.

thus, in order to bring his information into a broader viewers, and to get their assist, Ki Ageng Kutu devised the Reog Ponorogo. This tactic worked, plus the dance became very fashionable Among the many men and women of Ponorogo.

Oleh karena itu, tidak perlu ditanyakan lagi apabila kesenian tari tradisional dari Jawa Timur ini sudah banyak dikenal.

He arrived at Ponorogo and build an establishment to teach youngsters martial arts and also mysticism. Ki Ageng Kutu’s hope was that his learners would convey back the glory times from the Majapahit Empire.

Dalam pertempuran di hutan ternyata pasukan-pasukan yang dikirim itu telah dikalahkan oleh Singa Barong, sehingga memaksa Kelana untuk turun tangan secara langsung.

Klono Sewandono, a person in regal attire donning a mask which has a very pleased and pompous dance and performs the function given that the King of Ponorogo

Penari utamanya merupakan orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping, disertai reog asli Indonesia.

Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik. Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang Reog Ponorogo sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).[10][11]

Secara lebih rinci, berikut adalah pembagian pemakaian busana dan properti yang terbagi berdasarkan tokoh tarian yang diwakili:

Holding the hefty big mask by biting, the warok relies within the strength of his jaws, neck and shoulder muscles. The good mask spans more than 2.five meters with real tiger pores and skin and serious copyright feathers. It has obtained Intercontinental recognition as the whole world's premier mask.[4]

Udheng ini biasanya dipakai oleh penari jathilan dan jenis udheng yang sering dipakai yaitu tapak dara atau gadhung melati.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *